Thursday, April 12, 2018

Ketergantungan Cream Skincare

Menyikapi banyaknya stigma yang beredar tentang ketergantungan terhadap krim dokter atau krim dari klinik kecantikan, saya merasa tertarik untuk menanggapi hal tersebut dari sudut pandang saya sebagai seorang dokter. Banyak pasien yang datang ke tempat saya bekerja, mengeluhkan riwayat ketergantungan terhadap krim-krim yang mereka pakai sebelumnya dan meminta dilepaskan dari ketergantungan tersebut. Saya selalu bertanya kepada pasien-pasien tersebut, apa definisi ketergantungan menurut mereka. Begini kira-kira jawaban yang mereka berikan:

Sekitar 70% pasien mengatakan, mereka merasa ketergantungan karena ketika tidak memakai krim tersebut maka jerawat akan muncul mendadak atau tiba-tiba timbul flek pada wajahnya. Atau dapat dikatakan wajah menjadi lebih ‘buruk’ dibanding sebelum menggunakan krim dokter.

Sekitar 20% mengatakan ketika mereka berhenti menggunakan krim-krim tersebut, maka masalah mereka seperti kulit kusam, kulit kering, jerawat dan noda hitam akan muncul kembali.

Sekitar 10% mengatakan mereka terus menggunakan krim-krim tersebut namun di satu titik tiba-tiba muncul masalah yang tidak pernah ada sebelumnya seperti noda hitam atau jerawat (muncul dalam waktu singkat).

Menanggapi hal tersebut, saya berusaha mencari tahu bahan-bahan krim apa yang mereka gunakan, bagaimana cara menggunakannya, berapa lama digunakan, apakah dihentikan secara mendadak dan apakah benar memang dokter yang memberikan tersebut.

Dari sana, saya menyimpulkan beberapa hal yang selalu saya jelaskan kepada pasien-pasien saya mengenai opini mereka tentang ketergantungan krim dokter.

Kita harus memahami konsep tentang ageing, pada dasarnya semua manusia akan mengalami pertambahan usia setiap harinya, hal tersebut tentu akan berdampak pada kualitas dan kuantitias sel-sel kulit kita. Misalnya, semakin bertambahnya usia, jumlah kolagen akan terus berkurang dan fungsi kulit untuk meregenerasi dirinya sendiri (keratinisasi) juga menurun. Hal ini akan menyebabkan timbulnya masalah-masalah pada kulit seiring bertambahnya waktu, dan karena itulah perawatan kulit memang dibutuhkan. Karena umur tidak bisa dihentikan, otomatis perawatan kulit juga harus dilakukan setiap hari secara terus menerus (dengan kata lain seumur hidup). Hanya saja, yang perlu digaris bawahi adalah perawatan dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi kulitnya.

Sering kita temui perawatan-perawatan yang overused misalnya pengelupasan kulit yang berlebihan dengan alasan menurunnya regenerasi kulit, justru kulit malah menjadi merah, tipis dan rentan iritasi. Dokter harus benar-benar memahami sampai di mana kebutuhan pasiennya. Jika perawatan dilakukan dengan benar, hal-hal yang tidak diinginkan akan bisa diminimalisasikan.

Kita membutuhkan perawatan kulit seumur hidup karena memang sel-sel kita terus menua setiap harinya, bukan karena kita kecanduan. Kita harus memahami perbedaan kecanduan dan kebutuhan.Kecanduan itu diibaratkan seperti kecanduan narkoba, tanpa narkoba pun sebenarnya kita masih bisa hidup.

Sedangkan kebutuhan itu diibaratkan seperti makan dan minum, tanpa makan dan minum lama-lama kita akan mati.Perawatan kulit juga seperti itu, kita butuh perawatan kulit karena memang kita butuh nutrisi untuk kulit kita terutama pada saat usia di atas 35 tahun.Kita harus memahami bahwa jerawat dan flek adalah kasus yang kronis dan residif. Artinya butuh waktu cukup lama untuk menghilangkannya (yang pada kenyataannya sangat jarang bisa hilang sempurna) dan mudah kumat.

Mungkin ketika kita menghentikan krim, pada saat itu jerawat atau flek kita belum stabil sehingga akan kumat kembali. Ibaratnya seperti penderita hipertensi yang minum obat setiap hari, di satu titik tekanan darahnya mungkin akan normal.

Apa yang terjadi jika obat darah tingginya dihentikan? Tentu saja tekanan darahnya akan naik kembali (entah berapa lama).

Mengapa? Karena tekanan darah yang normal tadi terkontrol dengan obat, bukan sembuh. Apakah pasien ini kecanduan obat darah tinggi? Tentu saja tidak.

Begitu pula dengan pengobatan jerawat dan flek.

Ada beberapa bahan krim yang tidak bisa dihentikan secara mendadak, contohnya hidrokuinon. Penggunaan krim dengan hidrokuinon akan menyebabkan rebound phenomena jika dihentikan secara mendadak. Kulit akan menjadi lebih kusam dibanding sebelumnya, dan kondisi seperti ini jelas tidak mudah untuk ditangani. Itu memang sifat khas dari hidrokuinon, bukan karena ketergantungan.

Beberapa krim yang mengandung hidrokuinon dan kortikosteroid jika digunakan secara terus menerus akan menyebabkan efek samping misalnya timbul bercak kehitaman atau jerawat (erupsi akneformis) secara mendadak. Dampak serius dari penggunaan hidrokuinon jangka panjang adalah ochronosis (timbul bercak hitam kebiruan) yang sampai saat ini belum ditemukan terapi yang efektif.

Sinar matahari mengandung UV yang seringkali menyebabkan berbagai masalah pada kulit kita. Misalnya kulit kusam, kering, timbul noda hitam (flek, lentigo dll), garis-garis halus dan keriput wajah.Untuk mencegah agar sinar UV tidak terus merusak kulit kita, tentu dibutuhkan tabir surya yang harus digunakan setiap pagi.

Kadang kita juga membutuhkan bantuan dari bahan bahan yang dapat memperbaiki kerusakan yang sudah ditimbulkan sinar UV tersebut (misalnya pada produk-produk night cream). Yang harus kita ingat, matahari tidak pernah berhenti bersinar setiap harinya dan kita selalu kontak dengan matahari entah secara langsung atau tidak langsung (misal karena efek rumah kaca). Tentu saja kita membutuhkan tabir surya (dan mungkin juga krim-krim lain) setiap harinya. Jadi sekali lagi, hal ini bukan kecanduan tapi kebutuhan.

Penggunaan krim-krim dokter yang berlebihan (entah karena kesalahan pemakaian atau karena dokter yang memberikan dosis terlalu berlebihan) akan menyebabkan wajah menjadi fotosensitif.
Hal ini ditandai dengan wajah menjadi kemerahan dan menjadi lebih peka terhadap cahaya, akibatnya jika terkena sinar matahari.

Meskipun produk-produk tersebut sudah dihentikan (dengan asumsi tidak terjadi apa-apa), wajah akan lebih rentan terhadap sinar matahari sehingga resiko timbul noda hitam meningkat. Dalam kasus seperti ini bukan ketergantungan, namun memang dari awal sudah terjadi over koreksi.

Untuk menghindari hal-hal di atas, menurut saya pribadi ada hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya:

  • Komunikasi dokter dan pasien adalah yang terpenting. Dokter harus menjelaskan kondisi wajah pasien, menanyakan apa yang pasien inginkan dan menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika menggunakan krim tersebut. Diskusi yang baik antara dokter dan pasien mengenai treatment jangka panjang akan memberikan kepuasan bagi kedua pihak.i
  • Jika terjadi masalah akibat pemakaian krim, konsultasikan dengan dokter yang memberikan krim. Jangan terburu buru menghentikan krim secara mendadak dan berpindah ke dokter atau krim merk lain. Karena seperti yang sudah dijelaskan, ada beberapa bahan yang tidak dapat dihentikan secara mendadak.