Saturday, August 25, 2018

Berebut Gunungan Bareng Turis Dalam Rangka Grebeg Besar Di Keraton Yogyakarta


Tanggal 22 Agustus 2018 lalu tepatnya barengan idul adha ada acara kebudayaan di Yogykarta, kota yang penuh dengan beragam budayanya dan selalu menarik hati para wisatawan untuk kembali lagi ke kota ini. Rasanya tak akan pernah bosan jika berwisata ke Yogyakarta selain tempat wisata dan pantainya tradisi kebudayaanyapun sangat menarik dan unik. Garebeg atau lebih sering disebut grebeg adalah acara budaya yang rutin diadakan oleh Keraton Kasultanan Yogyakarta setiap setahun bisa 3 kali diadakan acara tersebut. Yakni Grebeg Mulud diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiulawal. Kemudian Grebeg Syawal untuk memperingati Idul Fitri, dan Grebeg Besar untuk memperingati Idul Adha.



Dikatakan Penghulu Keraton Masjid Gede Kauman, KRT Kamaludiningrat, dalam setiap upacara Grebeg ada tiga jenis gunungan yang disiapkan oleh Keraton, yakni Gunungan Lanang, Gunungan Wadon, dan Gunungan Depak. Hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas kelimpahan hasil bumi yang telah diberikan, serta bentuk sedekah raja kepada rakyatnya. 

Perayaan Grebeg diawali dengan upacara pemberangkatan dari pergelaran Keraton Yogyakarta. Acara biasanya dimulai sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah acara pembukaan dan doa selesai, maka iring-iringan pun mulai berjalan keluar Keraton. Mula-mula diawali oleh barisan prajurit lombok abang, kemudian abdi dalem, dan disusul gunungan- gunungan besar yang dibawa oleh beberapa orang. Dan yang menarik pada acra grebek besar kemarin dikawal juga oleh 2 gajah. Gunungan tersebut dikawal oleh 12 bregodo (regu prajurit Keraton). Gunungan-gunungan tersebut akan dibagi menuju tiga lokasi yaitu Masjid Gede Kauman, Puro Pakualaman, serta Kantor Kepatihan. Dalam perjalanan keluar dari Keraton, panitia harus bersusah payah menerobos lautan manusia untuk membuka jalan dikarenakan acara grebeg ini selalu menarik ribuan pengunjung untuk datang menyaksikan secara langsung, terutama di kawasan Keraton dan alun-alun utara. Walaupun panas sangat terik, masyarakat rela berdesak-desakan untuk bisa menyaksikanya.


Setelah gunungan tiba, baik di Masjid Gede Kauman, Puro Pakualaman, maupun Kepatihan, maka akan dilakukan ritual doa. Aku kemarin stay di depan Masjid Gede Kauman dan benar saja disana sudah banyak banget masyarakat yang sudah menunggu untuk berebut gunungan agar mendapatkan berkah. Hal ini untuk menunjukkan rasa syukur dan kerendahan manusia dihadapan Yang Maha Agung. Segera setelah doa selesai maka gunungan tersebut akan langsung diserbu warga untuk mengambil hasil bumi yang terdapat pada gunungan. Dalam hitungan menit pun gunungan tersebut akan habis dan tinggal menyisakan rangka bambu. Sebagian warga masih percaya bahwa jika mendapat sesuatu dari gunungan tersebut, maka akan membawa keberkahan bagi kehidupan dan rejeki. Saking percayanya, bahkan sebagian dari mereka ada yang mencari sisa-sisa gunungan yang berserakan ditanah. 

Setelah ikut berebut bareng masyarakat dan juga para turis akhirnya aku bisa ikut mendapatkan sesuatu dari gunungan tersebut ( kacang panjang dan rengginang ). Konon katanya ada filosofi tersendiri dari isi setiap gunungan. Ini pertama kalinya aku menyaksikan acara grebek dan ikut berebut  ha ha seru banget namun kalian tetap harus hati-hati dengan barang bawaan kalian. Jangan sampai karena terlalu asik berebut gunungan kalian melupakan barang bawaan kalian.